Kesadaran Masyarakat Menyelesaikan Konflik Warga masih rendah

1 comments



Lingkungan aman adalah dambaan semua masyarakat Indonesia. Tetapi ternyata keadaan aman yang diidamkan belum terpenuhi sepenuhnya. Salah satu ancaman yang sering terjadi adalah konflik yang muncul di lingkungan rumah tangga. Perkelahian antar warga masih terjadi, perkelahian pelajar sering kita lihat, pertentangan antar suku masih terjadi dan yang paling sering dilihat adalah bentrok warga dengan aparat penegak hukum.

Konflik yang muncul di masayarakat bisa diukur dari statistik konflik yang bisa dikeluarkan dari sensus desa POTENSI DESA (Podes) yang dilakukan BPS. Data terakhir diukur pada tahun 2005. Dari hasil pengolahan data Podes oleh penulis, maka diperoleh temuan sederhana yang bisa kita gali lebih jauh.

Secara keseluruhan, terdapat 2.3% desa di Indonesia yang pernah terjadi konflik di masyarakatnya, dan ¾-nya terjadi di daerah pedesaan. 6 propinsi yang desanya sering terjadi konflik adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, NTT, Papua dan Sumatera Utara. Sedangkan korban terbanyak terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Papua, Jawa Barat, NTT dan Sulawesi Selatan. (Lihat Gambar).


Ternyata Konflik sering terjadi di daerah jawa, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk yang tinggi memicu banyak persoalan antar warga masyarakat. Buktinya di Indonesia jenis konflik yang terjadi ternyata 73% merupakan pertengkaran antar warga sendiri. Peluang konflik antar warga terjadi sangat besar, terutama di daerah yang padat penduduknya, contohnya di Jawa Tengah, hampir semua kasus konflik merupakan kasus yang baru muncul, bukan karena konflik yang berkepanjangan. Karena konflik yang muncul hanya antar warga maka proses pendamaiannya pun lebih mudah, buktinya di Jawa Tengah hampir semua kasus diselesaikan secara damai. Begitu juga untuk seluruh Indonesia, 86% konflik yang ada berakhir damai.

Peran serta masyarakat dalam proses penyelesain masalah konflik ini ternyata sangat rendah, hanya 10% saja masyarakat yang menyelesaikan konflik antar warga. Sebagian besar diselesaikan oleh aparat keamanan (49%) dan aparat desa/kelurahan (41%). Sangat disayangkan memang, ternyata peran masyarakat masih kurang, karena sebenarnya keamanan lingkungan sekitar seharusnya berasal dari masyarakat sendiri. Tanpa ada campur tangan aparat pun seharusnya masyarakat bisa menjaga lingkungannya.

Download Data

Jumlah konflik, korban (tewas, luka), jenis konflik, proses damai menurut propinsi – kota/desa. Format Zip file dengan password: konflikpodes05byandi

Penulis:

Swastika Andi Dwi Nugroho, S.Si – peneliti di PT. Insan Hitawasana Sejahtera (www.ihssrc.com). Menurut sember data Podes 2005 Badan Pusat Statistik

Penduduk DKI Jakarta Berkurang

1 comments


Penduduk Jakarta Selatan dan Pusat dalam jangka waktu 10 tahun mengalami penurunan sebesar 15% (Jak-Sel) dan 21% (Jak-Pusat), sedangkan wilayah Jakarta lainnya mengalami kenaikan jumlah penduduk yang besarnya bervariasi. Secara keseluruhan penduduk Provinsi DKI Jakarta menurun 1% dalam kurun waktu 10 tahun ini.
Dari kacamata awam, sepertinya fakta dari data ini kurang benar karena DKI Jakarta sebagai ibukota negara, pusat ekonomi dan perdagangan, dan pusat informasi dan hiburan masih merupakan primadona para pencari pekerjaan yang makin hari makin bertambah saja baik dari penduduk DKI sendiri ataupun dari luar provinsi DKI.
Sebagian orang menganggap data podes (terutama jumlah penduduk) bukan merupakan statistik yang dipercaya. Jumlah penduduk di Podes berasal dari informasi Kepala Lurah/Sekretaris Kelurahan berdasarkan data catatan di kelurahan. Memang patut dipertanyakan bagaimana mereka update data tersebut tiap waktu.
Tetapi dari hasil grafik diatas, mungkin ada sesuatu yang mungkin ada benarnya. DKI Jakarta luas wilayahnya tidak berubah, urbanisasi sangat tinggi di DKI. Akibatnya pendatang harus memiliki tempat tinggal. Jika pola ini terus-menerus terjadi, maka tempat tinggal akan makin sulit ditemukan di DKI. Pemerintah dan swasta pasti melihat fenomena ini, sehingga direspon dengan salah satunya pembuatan jalur trasportasi dan penambahan alat transportasi yang dapat menghubungkan antar wilayah termasuk dengan wilayah di luar DKI seperti Tangerang, Bekasi, Depok dan Bogor. Ibaratnya air yang terus menerus masuk ke bak mandi, maka kalau penuh akan luber keluar juga. Maka terjadilah perpindahan penduduk ke luar DKI ke daerah sekeliling DKI atau sering juga disebut daerah penyangga. Dari grafik tersebut dapat terlihat bahwa hampir semua daerah penyangga penduduknya bertambah cepat. Jadi mungkin saja fakta dari data Podes ini ada benarnya walaupun kita masih belum nyakin dengan kebenaran data tersebut. Jika datanya pakai data valid, jangan-jangan lebih dari 1% berkurangnya penduduk DKI dalam 10 tahun ini. Ingat ini penduduk yang tinggal di DKI bukan cari uang di DKI!

Download data grafik. ( file: PendudukDKI.zip, password: podesdki )

Followers